Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya sifat etanol yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan karena emisi karbon dioksidanya rendah (Jeon, 2007). Etanol dapat digunakan sebagai bahan campuran bensin (gasolin) yang kemudian dinamakan gasohol, dan juga dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar (McKetta, 1983). Di Indonesia produksi etanol semakin meningkat. Pabrik pembuat etanol pun semakin berkembang. Salah satunya adalah pendirian PT MEDCO ethanol di Lampung yang mempunyai kapasitas produksi 180.000 kiloliter/hari. Indonesia juga tercatat sebagai negara pengekspor etanol. Data BPS tahun 2006 menunjukkan besarnya ekspor etanol sebesar 25.590 ton ( BPS dalam anonim, 2007)
Pembuatan etanol dapat dilakukan dengan hidrasi etilen dan fermentasi (Kirk, 1951). Proses hidrasi etilen tidak cocok dikembangkan di Indonesia karena cadangan minyak bumi yang semakin sedikit. Sebaliknya, proses fermentasi sangat mungkin untuk dikembangkan di Indonesia. Etanol dapat diproduksi dengan cara fermentasi bahan mentah mono/disakarida (gula tebu, tetes tebu), bahan berpati (jagung, padi, umbi), dan bahan berselulosa (kayu, limbah pertanian) (Bailey, 1986). Dengan potensi yang sangat besar sebagai negara agraris, pengembangan etanol secara fermentasi sangat mungkin dilakukan.
Proses fermentasi etanol dapat dilakukan secara curah/batch ataupun secara sinambung/kontinyu. Proses batch dilakukan dengan cara yang sederhana sehingga produktivitasnya rendah, membutuhkan waktu yang lama, dan biaya buruh tinggi (Ullman’s, 2003). Hal tersebut berbeda dengan fermentasi secara kontinyu yang mempunyai produktivitas tinggi dan kebutuhan biaya buruh rendah. Produktivitas etanol dengan proses kontinyu adalah sekitar tiga kali proses batch. Oleh karena itu, untuk hasil yang sama dibutuhkan reaktor batch sebanyak tiga kali lipat reaktor kontinyu (Ullman’s, 2003). Penelitian terdahulu dengan bahan dan yeast yang sama menunjukkan perbedaan produktifitas antara proses batch dan kontinyu. Kadar gula awal sama yaitu 10 %(v/v), percobaan batch menghasilkan produktifitas etanol sebesar 1,8 gram/Ljam dengan yield produk 23,67 %. Pada percobaan kontinyu didapat nilai produktifitas sebesar 30,09 gram/Ljam dengan yield produk sebesar 49,22% (Widjaja, 2007)
Masalah yang sering timbul pada proses fermentasi adalah terjadinya inhibisi produk etanol. Selain itu, produk etanol akan berpengaruh terhadap pertumbuhan yeast, misalnya etanol akan merusak membran plasma, denaturasi protein, dan terjadinya perubahan profil suhu pertumbuhan (Virginie, 2001). Hal-hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroba sehingga akan menurunkan produktivitas. Pada konsentrasi alkohol 15 % mikroba tidak dapat tumbuh (Bulawayo, 1996) Persoalan ini dapat diatasi dengan pengambilan produk etanol yang terbentuk dari substrat fermentasi. Pengambilan produk etanol harus dilakukan pada kondisi yang tidak mengganggu pertumbuhan mikroba. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan fermentasi vakum (fermentor dikondisikan pada tekanan di bawah 1 atmosfir). Pada kondisi tersebut, etanol dan air akan menguap pada suhu yang sesuai dengan kondisi hidup mikroba (Ullman’s, 2003). Adanya penguapan yang terus-menerus menyebabkan kadar etanol dalam fermentor stabil dan tidak mengganggu pertumbuhan mikroba.
7 komentar:
sukhses risetnya mas ^^
reviewnya ok mas
ok mas ^^
ok mas ^^
ok mas
good review methode !
@tri nugroho L2C008109
ok mas
Posting Komentar