sekilas tentang risetku....

Jumlah pengguna alat transportasi semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk. Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 200 juta jiwa membutuhkan bahan bakar transportasi dalam bentuk premium dan solar dalam jumlah yang besar. Saat ini sumber utama bahan bakar transportasi berasal dari minyak bumi. Data BPS tahun 2005 menunjukkan bahwa produksi premium sekitar 62 juta barrel dan produksi solar sekitar 87 juta barrel. Produk tersebut belum termasuk penggunaan untuk kebutuhan lain, misal minyak pelumas, kerosen, avgas, serta bahan-bahan lain. Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat cadangan minyak bumi yang semakin menipis. Salah satu energi alternatif untuk bahan bakar transportasi adalah bioetanol sebagai pengganti bensin dan biodiesel sebagai pengganti solar.
Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya sifat etanol yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan karena emisi karbon dioksidanya rendah (Jeon, 2007). Etanol dapat digunakan sebagai bahan campuran bensin (gasolin) yang kemudian dinamakan gasohol, dan juga dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar (McKetta, 1983). Di Indonesia produksi etanol semakin meningkat. Pabrik pembuat etanol pun semakin berkembang. Salah satunya adalah pendirian PT MEDCO ethanol di Lampung yang mempunyai kapasitas produksi 180.000 kiloliter/hari. Indonesia juga tercatat sebagai negara pengekspor etanol. Data BPS tahun 2006 menunjukkan besarnya ekspor etanol sebesar 25.590 ton ( BPS dalam anonim, 2007)
Pembuatan etanol dapat dilakukan dengan hidrasi etilen dan fermentasi (Kirk, 1951). Proses hidrasi etilen tidak cocok dikembangkan di Indonesia karena cadangan minyak bumi yang semakin sedikit. Sebaliknya, proses fermentasi sangat mungkin untuk dikembangkan di Indonesia. Etanol dapat diproduksi dengan cara fermentasi bahan mentah mono/disakarida (gula tebu, tetes tebu), bahan berpati (jagung, padi, umbi), dan bahan berselulosa (kayu, limbah pertanian) (Bailey, 1986). Dengan potensi yang sangat besar sebagai negara agraris, pengembangan etanol secara fermentasi sangat mungkin dilakukan.
Proses fermentasi etanol dapat dilakukan secara curah/batch ataupun secara sinambung/kontinyu. Proses batch dilakukan dengan cara yang sederhana sehingga produktivitasnya rendah, membutuhkan waktu yang lama, dan biaya buruh tinggi (Ullman’s, 2003). Hal tersebut berbeda dengan fermentasi secara kontinyu yang mempunyai produktivitas tinggi dan kebutuhan biaya buruh rendah. Produktivitas etanol dengan proses kontinyu adalah sekitar tiga kali proses batch. Oleh karena itu, untuk hasil yang sama dibutuhkan reaktor batch sebanyak tiga kali lipat reaktor kontinyu (Ullman’s, 2003). Penelitian terdahulu dengan bahan dan yeast yang sama menunjukkan perbedaan produktifitas antara proses batch dan kontinyu. Kadar gula awal sama yaitu 10 %(v/v), percobaan batch menghasilkan produktifitas etanol sebesar 1,8 gram/Ljam dengan yield produk 23,67 %. Pada percobaan kontinyu didapat nilai produktifitas sebesar 30,09 gram/Ljam dengan yield produk sebesar 49,22% (Widjaja, 2007)
Masalah yang sering timbul pada proses fermentasi adalah terjadinya inhibisi produk etanol. Selain itu, produk etanol akan berpengaruh terhadap pertumbuhan yeast, misalnya etanol akan merusak membran plasma, denaturasi protein, dan terjadinya perubahan profil suhu pertumbuhan (Virginie, 2001). Hal-hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroba sehingga akan menurunkan produktivitas. Pada konsentrasi alkohol 15 % mikroba tidak dapat tumbuh (Bulawayo, 1996) Persoalan ini dapat diatasi dengan pengambilan produk etanol yang terbentuk dari substrat fermentasi. Pengambilan produk etanol harus dilakukan pada kondisi yang tidak mengganggu pertumbuhan mikroba. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan fermentasi vakum (fermentor dikondisikan pada tekanan di bawah 1 atmosfir). Pada kondisi tersebut, etanol dan air akan menguap pada suhu yang sesuai dengan kondisi hidup mikroba (Ullman’s, 2003). Adanya penguapan yang terus-menerus menyebabkan kadar etanol dalam fermentor stabil dan tidak mengganggu pertumbuhan mikroba.
ADA YANG TERTARIK???

Natural Gas Processing (Introduction)

Berdasarkan sejarah, Cina merupakan negara yang pertama kali menggunakan gas alam secara komersial sekitar 2.400 tahun yang lalu. Gas diperoleh dari tambang kemudian ditransportasikan dengan menggunaan pipa-pipa bambu dan digunakan untuk memproduksi salt brine pada gas-fired evaporator. Penggunaan gas alam secara luas dan komersial terjadi sekitar antara abad 17-18. Meskipun penggunaan gas alam yang utama adalah sebagai bahan bakar (fuel), gas alam merupakan sumber hidrokarbon dan sulfur yang merupakan senyawa penting dalam industri kimia. Dampak penggunaan gas alam terhadap lingkungan juga lebih menguntungkan dibandingkan penggunaan petroleum oil maupun batubara. Karbon dioksida (CO2) sebagai gas penyebab efek rumah kaca pemanasan global yang dihasilkan oleh oil dan batubara sekitar 1,4 sampai 1,75 kali lebih tinggi daripada emisi yang dihasilkan dengan penggunaan gas alam.

Gas alam sendiri merupakan campuran beberapa gas dengan komposisi terbesar adalah metana. Gas alam dari sumber yang berbeda akan mempunyai komposisi yang berbeda pula. Karena itu nilai Heating Value juga akan bervariasi tergantung dari komposisi campuran gas masing-masing. Berikut adalah contoh komposisi gas alam :

Tabel 1. Komposisi Gas Alam

SATUAN DALAM INDUSTRI GAS

Satuan yang umum dipakai dalam industri gas juga spesifik. Volume gas umumnya dinyatakan dengan standard cubic feet (scf), yaitu kondisi standar pada 600F dan 14,7 psia. Singkatan M mengacu pada nilai 103; sedangkan MM, B, dan T mengacu pada nilai 106, 109, dan 1012. Hal ini yang sedikit membedakan antara satuan dalam industri gas dengan satuan SI. Untuk molar flow, satuan yang biasa dijumpai adalah MMSCF (Million Million Standard Cubic Feet) atau MMSCFD (Million Million Standard Cubic Feet per Day). Satuan umum yang biasa digunakan untuk energi adalah MMBTUD dan BBTU. Sebagai informasi, gas alam tidak dijual berdasarkan nilai volume atau molar flow nya. Gas alam dihargai berdasarkan nilai energi atau Heating Value-nya (US$/MMBTU). Untuk konversi dalam industri gas bisa dicek di sini.

SPESIFIKASI GAS ALAM

Spesifikasi gas alam secara umum dibagi menjadi 3, yaitu : (1) Pipeline Gas Specification, (2) General Metric Specification, dan (3) Special Specification.

(1) Pipeline Gas Specification

Berikut adalah contoh pipeline gas specification :

Tabel 2. Pipeline Gas Specification

Dari Tabel di atas bisa dilihat bahwa meskipun Heating Value (HV) menjadi dasar nilai jual gas alam, range Heating Value yang disyaratkan juga harus memenuhi spesifikasi standar, yaitu sekitar 950 – 1.150 BTU/scf (35.400 – 42.800 kJ/Sm3 (Engineering Data Book, 2004)

Selain HV, spesifikasi lain yang penting adalah Dew Point, yaitu titik pengembunan tepat dimana suatu gas alam dalam fasa gas mulai berubah ke fasa cair (moisture) melewati phase envelope. Untuk standar dew point yang digunakan adalah 15 oF 800 psia. Persyaratan spesifikasi dew point di perpipaan sendiri bertujuan agar dalam transportasi gas di perpipaan tetap berfase gas.

(2) General Metric Specification

Tabel 3. General Metric Specification

(3) Special Specification

Salah satu contoh special specification adalah Wobbe Index yang merupakan pengukuran kualitas pembakaran gas. Campuran gas harus memiliki Wobbe Index sebesar kurang lebih 10 %.

dimana IW adalah Wobbe Index, VC adalah Higher Heating Value (nilai kalor), dan GS adalah speseifik gravity. Wobbe Index sangat bermanfaat dalam blending fuel gas dan untuk memperoleh heat flow yang konstan dari berbagai komposisi gas yang bervariasi. Wobbe Index untuk beberapa fuel gas bisa dilihat di sini.

BEBERAPA ISTILAH PENTING

Berikut ini adalah beberapa istilah penting yang biasa ditemui dalam pemrosesan gas alam :

Associated gas. Gas alam yang diporoleh dari wells dimana terdapat kandungan crude oil pada sumur tersebut.

Non-Associated gas. Gas alam yang diporoleh dari sumur dimana tidak terdapat kandungan crude oil pada sumur tambang tersebut

Liquified Petroleum Gas (LPG). Produk pengolahan gas alam dengan kandungan utama berupa propana (C3) dan butana (C4) serta sejumlah kecil etana (C2).

Liquified Natural Gas (LNG). Komponen hidrokarbon ringan dari gas alam, dengan kandungan terbanyak berupa metana yang telah dicairkan.

Compressed Natural Gas (CNG). Pengganti untuk bensin, bahan bakar diesel dan bahan bakar propana. CNG ini dipertimbangkan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar diatas. Lebih ringan dari udara sehingga mudah menyebar dengan cepat ketika bocor ataupun tumpah. Dibuat dengan memberi tekanan pada LNG, di distribusikan menggunakan kontainer (cylindrical atau spherical) dengan tekanan normal 200–220 bar.

Dry Gas. Gas yang mengandung kurang dari 0,1 galon kondensat per 1000 CF gas.

Lean Gas. Gas yang sangat sedikit mengandung senyawa propana (C3) dan yang lebih berat dari itu, atau juga termasuk aliran gas yang keluar dari unit absorbsi.

Sales Gas. Gas yang memiliki kualitas yang dapat digunakan untuk konsumsi perumahan atau industri. Memenuhi spesifikasi perusahaan transmisi perpipaan atau perusahaan penyaluran.

Condensate. Fraksi Hidrokarbon cair yang diperoleh dari aliran gas yang memiliki kandungan penting berupa pentane (C5).

SEBARAN GAS ALAM DI INDONESIA

Indonesia saat ini memiliki cadangan gas bumi sebesar 187.09 TSCF status 1 Januari 2006 (P1 = 93.95 TSCF dan P2 = 93.14 TSCF) dengan laju produksi sebesar 8.2 MMSCFD. Dengan kondisi saat ini cadangan gas Indonesia mencukupi untuk 62 tahun. Persoalan yang ada adalah letak cadangan yang tersebar di daerah-daerah yang masih belum memiliki infrastruktur untuk menyalurkan gas tersebut kepada konsumen. (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007).

Gambar 1. Peta Cadangan Gas Indonesia (Januari 2006)

Sedangkan gambaran umum pasokan-kebutuhan gas di Indonesia 2007-2015 bisa dilihat pada Gambar dibawah ini :

Gambar 2. Peta Neraca Gas Indonesia 2007-2015

Untuk data produksi dan konsumsi gas bumi di Indonesia tahun 2000 – 2007 bisa dilihat di sini.

Dengan gambaran tersebut di atas, permasalahan gas alam nasional secara umum antara lain :

(1) Adanya penurunan produksi gas bumi yang ada

(2) Belum tersedianya infrastruktur gas bumi secara menyeluruh dan terpadu

(3) Adanya gap antara daya beli pasar dalam negeri dengan harga gas

(4) Adanya peningkatan permintaan gas bumi dalam negeri yang cukup signifikan.

Sumber :

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). http://www.esdm.go.id/

Dr. Gede Wibawa’s lecture notes (Pemrosesan Gas Alam.ppt)

Kidnay, Arthur J; William R. Parish. Fundamentals of Natural Gas Processing. CRC Press. 2006

Engineering Data Book, 12th ed. Sec. 1, General Information, Gas Processors Supply Association., Tulsa, OK, 2004a.


di saur lengkap dari http://ianatulkhoiroh.wordpress.com/2008/06/15/natural-gas-processing-introduction/

PRINSIP PEMROSESAN GAS ALAM

Penggunaan utama gas alam adalah sebagai bahan bakar (fuel) dan bahan baku industri petrokimia (feedstock) semisal dalam industri pupuk. Ada tiga prinsip dalam pemrosesan gas alam :

1. Purifikasi (pemurnian)

2. Separasi (pemisahan)

3. Liquefaction (pencairan)

Komposisi gas alam bervariasi antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain. Karena itu spesifikasi produk gas alam biasanya dinyatakan dalam komposisi dan kriteria performansi-nya. Kriteria-kriteria tersebut antara lain : Wobbe Number, Heating Value, inert total, kandungan air, oksigen, dan sulfur. Wobbe Number dan Heating Value merupakan kriteria dalam pembakaran, sedangkan kriteria lain terkait dengan perlindungan perpipaan dari korosi dan plugging.

Istilah purifikasi dan separasi sendiri mengacu pada proses yang terjadi. Jika removal H2S dalam jumlah kecil, maka proses bisa disebut dengan purifikasi. Akan tetapi jika jika H2S yang hendak dihilangkan ada dalam jumlah besar dan akan dikonversi menjadi elemental sulfur yang mempunyai nilai jual, maka proses yang terjadi dikategorikan sebagai separasi. Overview dari material yang ada dalam natural gas bisa dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 1. Material dalam Pemrosesan Gas Alam

PROCESS OVERVIEW

Blok diagram pemrosesan gas alam secara umum ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 2. Skema pemrosesan gas alam


1. Compression

Tekanan memainkan peranan yang sangat penting dalam industri gas, khususnya dalam transportasi perpipaan, baik dari field menuju gas plant ataupun dalam transport sales gas. Stream yang melibatkan proses kompresi antara lain :

1.Gas dari Inlet Receiving. Untuk memaksimalkan recovery liquid maka gas harus bertekanan antara 850 – 1.000 psi (60 – 70 bar) ketika memasuki bagian hydrocarbon recovery. Tetapi gas cukup bertekanan 600 – 650 psi jika hanya propane dan komponen lebih berat yang akan direcovery

2.Gas dari Vapor Recovery. Pada umumnya merupakan gas bertekanan rendah yang akan dikompresi untuk proses hydrocarbon recovery

3.Gas keluar dari bagian Hydrocarbon Recovery dan menuju pipeline. Untuk gas plant yang memproses gas dengan flow yang lebih besar dari 5 MMscfd, biasanya digunakan turboexpander untuk pendinginan gas. Outlet kompresi tambahan biasanya juga diperlukan agar gas memenuhi spesifikasi tekanan pada perpipaan

Pengeluaran terbesar dalam pendirian gas plant baru adalah unit kompresi ini. Setidaknya 50-60 % Total Installed Cost dihabiskan untuk unit ini. Selain itu, ongkos maintenance terbesar juga dihabiskan untuk kompresor.

Secara umum, kompresor dikategorikan menjadi dua jenis yaitu positive displacement dan dynamic compressor. Perbedaan mendasar dari dua jenis kompresor ini adalah positive displacement copressor merupakan volume displacement device yang meningkatkan tekanan dengan jalan menurunkan volume. Sedangkan dynamic compressor merupakan pressure/pum head device yang performansinya tergantung pada aliran dan kebutuhan tekanan pada sisi outlet. Dynamic compressor merubah kecepatan gas (energi kinetik) menjadi tekanan.

Pembagian kompresor secara detail bisa dilihat pada skema berikut :

Gambar 3. Pembagian Kompresor

Sedangkan termodinamika kompresor bisa dilihat secara detail pada buku-buku Thermodinamika.

2. Gas Treating

Unit gas treating merupakan unit reduksi ‘acid gas‘ karbon dioksida (CO2) dan hidrogen silfida (H2S) agar memenuhi spesifikasi proses dan menghindari permasalahan korosi dan plugging. Nilai spesifikasi gas asam ini bisa dilihat pada catatan saya sebelumnya.

Hidrogen sulfida sangat beracun, dengan adanya air maka akan membetuk asam lemah dan korosif. Nilai Threshold Limit Value (TLV) gas ini adalah 10 ppmv. Pada konsentrasi yang lebih besar dari 1.000 ppmv akan menyebabkan kematian dalam hitungan menit. Ketika konsentrasi H2S di atas level ppmv, maka senyawa sulfur yang lain akan muncul seperi karbon disulfida (CS2), mercaptan (RSH), dan sulfida (RSR).

Karbon dioksida bersifat non-flammable dan dalam jumlah yang besar sangat tidak diharapkan dalam fuel. Seperti halnya H2S, dengan adanya air maka karbon dioksida akan membentuk asam lemah dan bersifat korosif.

Proses reduksi gas asam yang biasa digunakan pada umumnya diklasifikasikan menjadi :

v Solvent absorption (Chemical, Physical, dan Hybric)

v Solid absorption (molecular sieve, iron sponge, dan zinc oxide)

v Membrane (cellulose acetate, polyamide, dan polysulfone)

v Direct concersion

v Cryogenic Fractionation

Pemilihan proses yang digunakan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1.Jenis dan konsentrasi impuritis dan komposisi hidrokarbon pada sour gas. Misalnya COS, CS2, dan mercaptan dapat mempengaruhi desain fasilitas gas dan liquid treating. Pemilihan penggunaan physical solvent cenderung menyebabkan larutnya hirdrokarbon berat, dan dengan adanya senyawa berat dalam jumlah yang cukup besar ini menyebabkan kecenderungan pemilihan chemical solvent.

2.Temperatur dan tekanan sour gas. Gas asam dengan tekanan parsial tinggi (50 psi/3,4 bar) disarankan untuk menggunakan psysical solvent, sedangkan untuk tekanan parsial yang rendah disarankan penggunaan amina.

3.Spesifikasi outlet gas

4.Volume gas yang akan diproses

5.Spesifikasi gas residue, acid gas, dan liquid product

6.Selectivity acid gas removal

7.Faktor biaya kapital dan operasi

8.Kebijakan/standar lingkungan, yang meliputi peraturan mengenai polusi udara dan bahan kimia berbahaya

3. Gas Dehydration

Dehydration sangat penting dalam tiga aspek :

1.Gas Gathering. Air harus dihilangkan untuk mengurangi korosi perpipaan dan mengurangi penyumbatan pipa (line blockage) karena pembentukan hidrat. Dew point air haruslah lebih rendah daripada temperatur perpipaan terendah untuk mencegah terbentuknya air.

2.Product dehydration. Baik produk gas dan liquid memiliki spesifikasi kandungan air (water content) tersendiri. Sales gas dari plant biasanya dalam kondisi kering jika digunakan cryogenic hydrocarbon liquid recovery. Kebanyakan dari spesifikasi produk mensyaratkan free water content (Engineering Data Book, 2004a). Dengan demikian, kandungan air maksimum dalam sales gas adalah 4 – 7 lb/MMscf (60 – 110 mg/Sm3). Untuk liquid, kandungan air adalah 10 – 20 ppmv

3.Hydrocarbon recovery. Kebanyakan plant gas alam menggunakan proses cryogenic untuk recovery fraksi C2+ dari inlet gas. Jika gas asam dihilangkan dengan menggunakan proses penggunaan amina, maka gas yang keluar akan meninggalkan air dalam kondisi saturated (jenuh). Untuk mencegah terbentuknya hidrat dalam unit cryogenic ini, maka konsentrasi air hendaknya kurang dari 0,1 ppmv.

Kandungan air pada umumnya dinyatakan dalam beberapa cara :

v Massa air per volume gas, lb/MMscf (mg/Sm3)

v Temperatur dew point, oF (oC)

v Konsentrasi, parts per million by volume (ppmv)

v Konsentrasi, parts per million by mass (ppmv)

Untuk konversi satuan dalam industri gas, bisa dilihat di sini. Sedangkan konversi satuan konsentrasi bisa dilihat di sini.

Proses gas dehydration yang umum dipakai dalam industri gas adalah absorpsi, adsorpsi, dessicant, dan membran

Dalam proses absorpsi, pada umumnya digunakan absorbent ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), triethylene glycol (TEG), tetraethylene glycol (TREG), dan propylene glycol.

Sedangkan tiga tipe komersial adsorbent yang biasa digunakan adalah silica gel yang dibuat dari SiO2, activated alumina (dari Al2O3), dan molecular sieve terbuat dari aluminosilicate

4. Hydrocarbon Recovery

Salah satu stnadar dalam pipeline specification gas alam adalah kandungan siulfur dan air serta higher heating value yang harus berkisar antara 950 – 1.150 Btu/scf (35.400 – 42.800 kJ/Sm3).

Gas yang telah di-treating biasanya masih mengandung konsentrasi inert (N2, CO2) yang tinggi, selain itu heating value juga tinggi karena adanya fraksi C2+. Hyrocarbon recovery section ini diperlukan untuk menurunkan kandungan fraksi C2+ dan mengontrol dew point. Kontrol dew point juga diperlukan karena dikhawatirkan terjadi kondensasi proses karena temperatur atau pressure drop. Hal ini karena campuran gas alam mengandung hidrokarbon berat yang menunjukkan karakteristik yang disebut retrogade condensation yang ditunjukkan oleh diagram P-T berikut :

Gambar 4. Diagram P-T Retrogade Condensation

Envelope merupakan garis buble point-dew point campuran. Pada berbagai kondisi temperatur dan tekanan di luar envelope, campuran dalam kondisi 1 fase. Pada berbagai temperatur dan tekanan di dalam envelope maka campuran terdapat dalam 2 fase. Tiga point penting pada envelope adalah :

v Cricondentherm, yaitu temperatur maksimum dimana dua fase terbentuk

v Cricondenbar, tekanan maksimum dimana dua fase terbentuk

v Critical point, temperatur dan tekanan dimana fase vapor dan liquid memiliki konsentrasi yang sama.

Proses dalam hydrocarbon recovery sangat bervariasi tergantung spesifikasi produk yang diinginkan, volume gas, komposisi inlet dan tekanan proses. Proses yang umum dijumpai dalam hydrocarbon recovery ini antara lain :

1. External Refrigeration : Propane refrigeration

External refrigeration memainkan peranan yang sangat penting dalam proses recovery hydrocarbon, digunakan untuk mendinginkan stream gas untuk recovery C3+ dan untuk menurunkan temperatur gas pada stage berikutnya.

Siklus refrigerasi terdiri dari 4 tahapan sebagai berikut :

Gambar 5. Siklus refrigerasi

Gambar 6. Contoh propane refrigeration loop

v Kompresi uap jenuh refrigerant (A) ke tekanan di atas tekanan uap pada temperatut ambient (B)

v Kondensasi ke C dengan pertukaran panas fluida pendingin

v Ekspansi (biasanya menggunakan J-T valve) untuk mendinginkan dan refrigerasi ke D

v Pertukaran panas dengan fluida yang akan didinginkan dengan evaporasi refrigerant ke A

2.Turboexpansion

3.Heat Exchanger

4.Fraksinasi

5. Nitrogen Rejection

Tiga metode yang sering dijumpai untuk removal nitrogen yaitu :

1.Cryogenic distillation

2.Adsorption

3.Membrabe separation

Perbandingan ketiga metode tersebut ditunjukkan dalam Tabel berikut :

6. Trace Component Removal

Sejumlah trace komponent dalam konsentrasi yang cukup tinggi bisa menurunkan kualitas produk dan menimbulkan permasalahan lingkungan. Komponen –komponen tersebut antara lain :

v Hidrogen

Meski jarang sekali ada dalam konsentrasi yang besar, hidrogen tetap harus dihilangkan sehingga konsentrasinya menjadi serendah mungkin

v Oksigen

Konsentrasi maksimum oksigen yang diperbolehkan adalah 1.0 % volume pada sales gas. Jika konsentrasi oksigen mencapai level 50 ppmv maka akan menimbulkan beberapa permasalahan sebagai berikut : menyebabkan korosi perpipaan dengan adanya air, bila bereaksi dengan amina pada proses gas treating akan membentuk garam yang stabil, bila bereaksi dengan glikol akan membentuk senyawa asam yang korosif, berekasi dengan hirokarbon selama proses high temperature regeneration akan membentuk air, yang akan mengurangi efektivitas dari proses ini, pada konsentrasi yang rendah, oksigen bisa dihilangkan dengan nonregenerative scavengers. Untuk konsentrasi yang lebih tinggi bisa digunakan metode katalitik.

v Radon (NORM)

v Arsenik

v Helium

v Merkuri

v BTEX (benzene, toluene, ethylbenzene, dsan xylene)


sumber : http://ianatulkhoiroh.wordpress.com/2008/06/24/natural-gas-processing-process-overview/

sebuah cerita renungan

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus.Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.

Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.


* Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel.Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."

* Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".


* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan,anak- anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup dirumahnya."


Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.


Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik. Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu." Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya. Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion,yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.


Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.


Misalnya,

* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.

* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.

* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.


Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.

* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur,akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.


Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu.

Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.


* Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia.


Sebaliknya, kalau kita berpikir positif,kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk,ia ingat untuk memberi kepada kita."


Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.

* Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam.Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.


Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.


Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.



MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people only........ ....how nice!!!!

banyak yang dapat kita pelauari dari hal-hal kecil misalnya
MIKROBA PADA PROSES PEMBUATAN GULA
1. Mikroba di Raw SugarMikroba yang terdapat dalam raw sugar berasal dari tanah. Menurut De Whalley dan Scarr, spesies mikroba yang terdapat dalam raw sugar adalah Bacillus subtilis, B. Mesentericus vulgarus, Aerobacter aerogenes, dan spesies Actinomyes, Saccharomyes, Penicillia, Mucor dan Aspergillus. Selain itu ada juga golongan thermophillic : Clostridium nigrifi dan Bacillus stearothermophillis. Mikroba penghasil hidrogen : Clostridium thermoputrificum, C. Thermoaerogenes thermocidophilus dan C. Thermochainus. Mikroba tersebut akif di molasses yang menyelimuti raw sugar. Film molasses memberikan banyak nutrisi pada mikroba sehingga dapat bertahan hidup.2. Mikroorganisme di proses AfinasiPada proses affinasi yaitu pencucian raw sugar, dapat tumbuh bakteri mesophillic dan thermophillic. Mikroba tersebut terbawa dari lapisan film molasses yang menyelimuti raw sugar. Pada proses pencucian dan peleburan raw sugar di lebur sehingga bakteri tercampur kedalam sirup affinasi.
3. Press FiltrationPada proses filter press partikel dengan ukuran 0.7 – 1 mikron dihilangkan. Karena ukuran dari yeas, mold dan bakteri lebih besar dari 1 mikron maka kemungkinan mikroba yang tertinggal pada filtrat masih banyak. Selama 5 – 10 menit pertama penyaringan filtrat keruh yang dihasilkan masih banyak mengandung mikroba. Oleh karena itu sebelum dialirkan ke tangki penampung hendaknya filtrat dibersihkan dulu. Kejernihan dari filtrat biasanya mengindikasikan banyak sedikitnya mikroba yang terdapat didalamnya.
4. Proses dekolorisasiApabila pada proses filtrasi terjadi kebocoran sehingga liquor yang dihasilkan turbiditinya tinggi, kemungkinan kontaminasi mikroba tinggi dan hal ini akan terbawa pada proses dekolorisasi. Pada proses dekolorisasi dengan kolom karbon, mikroba dapat mencemari peralatan dan menempel pada dinding kolom sehingga dapat terbawa oleh liquor yang di lewatkan pada kolom tersebut. Selain itu sumber mikroba bisa dari dasar kolom dan dindingnya dan biasanya terbawa pada saat liquor pertama melewati kolom. Pembersihan kolom karbon secara periodik diperlukan untuk mensterilkan kolom dari mikrobal.
Tags: , ,

Pemanfaatan Onggok Tapioka Sebagai Bahan Baku Pembuatan Minyak Melalui Teknologi Biokonversi

Industri pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berperan penting dalam pembangunan industri nasional, sekaligus dalam perekonomian keseluruhan. Perkembangan industri pangan nasional menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Hal ini ditandai oleh berkembangnya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang berasal dari sektor pertanian. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1995) dalam Hadiwihardjo (1998), jumlah industri pangan berskala menengah besar dengan jumlah investasi di atas 600 juta berjumlah 1.343 unit usaha, yang meliputi 27 jenis industri. Total kapasitas industri mencapai 33.85 juta ton pertahun dengan total investasi 20.17 trilyun.

Dalam industri pangan, limbah dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Limbah industri pangan juga dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan (Jenie dan Rahayu, 1990).

Pada umumnya, limbah industri pangan tidak membahayakan kesehatan masyarakat, karena tidak terlibat langsung dalam perpindahan penyakit. Akan tetapi kandungan bahan organiknya yang tinggi dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba (Jenie dan Rahayu, 1990).

Banyak contoh limbah industri pangan yang menimbulkan pemcemaran lingkungan, salah satu contohnya adalah limbah industri tapioka. Industri tapioka mengolah singkong sebagai bahan baku utama menjadi tepung tapioka. Di Indonesia industri tepung tapioka tersebar di beberapa daerah antara lain; Kediri, Madiun, Pati, Banyumas, Kuningan, Garut, dan Ciamis.

Limbah industri tapioka terdiri dari dua jenis, yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair akan mencemari air, sedangkan limbah padat akan menimbulkan bau yang tidak sedap, apabila tidak ditangani dengan tepat. Onggok tapioka merupakan limbah padat industri tapioka yang berupa ampas hasil ekstraksi dari pengolahan tepung tapioka. Dalam industri tapioka dihasilkan 75% onggok tapioka dari total bahan baku yang digunakan

Jumlah onggok tapioka yang dihasilkan dari industri kecil dengan bahan baku lima kg per hari menghasilkan onggok tapioka sebanyak 3,75 kg. Sedangkan industri menengah dengan bahan baku rata-rata sebanyak 20 kg per hari menghasilkan 15 kg onggok tapioka dan industri besar dengan bahan baku 600 kg per hari dapat menghasilkan onggok tapioka sebanyak 450 kg. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah onggok yang dihasilkan dari industri tepung tapioka sangat besar.

Sistem penanganan limbah yang digunakan dewasa ini adalah pemberian perlakuan dan pembuangan limbah ke saluran pembuangan. Menurut Loehr (1977), teknologi penanganan limbah yang dapat diterapkan untuk jenis industri pangan adalah dengan cara penanganan biologik, pengendalian di dalam pabrik, filtrasi pemisahan padatan biologik. Sistem seperti ini membutuhkan perlakuan cara-cara kimia atau biologik, dan hal ini umumnya membutuhkan biaya yang mahal (Jenie dan Rahayu, 1990). Oleh karena itu, untuk menekan biaya yang tinggi tersebut dapat dilakukan pemisahan kembali produk-produk yang berguna dari limbah tersebut.

Onggok tapioka merupakan limbah industri pangan yang jumlahnya sangat banyak dan akan menjadi polusi bila tidak segera ditangani, oleh karena itu diperlukan usaha untuk memanfaatkan onggok tapioka dengan mengolahnya kembali menjadi suatu produk, sehingga pencemaran lingkungan dapat berkurang dan nilai guna onggok dapat meningkat.

Pengolahan onggok tapioka menjadi minyak merupakan suatu cara alternatif penanganan limbah secara efektif, karena dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan nilai guna serta nilai ekonomis onggok.

Minyak dan lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ( Ketaren, 1986) :

1. Lemak atau minyak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak ( edible fat consumed uncooked )

2. Lemak dan minyak yang dimasak bersama bahan pangan, atau dijadikan sebagai medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan

Di samping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak dan minyak berfunsi sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelumas, sebagai obat-obatan, dan sebagai pengkilat cat ( Ketaren, 1986).

Porphyrins

Porphyrins adalah spesies kimia yang terjadi secara alamiyang berada dalam petroleum dalam petroleum dan biasanya terjadi dalam bagian non dasr dari konsentrat yang mengandung nitrogen(Bonnet 1978;Reynold 1998). Mereka biasanya tidak dipertimbangkan diantara unsure-unsur pokok yang mengandung nitrogen pada petroleum maupun tidak dipertimbangkan sebagai material organic yang juga terjadi pada minyak mentah. Sebagai hasil investigasi awal peningkatan konsep dari porphyrins sebagai biomarker yang dapat membuka sebuah jaringan diantara senyawa yang ditemukan di geosfer dan hubungannya dengan perintis biologi.(Treibs 1934,glebovskaya and volkenhtein, 1948)
Porphyrins adalah turunan dari porphine [yang terdiri dari empat molekul pyrole yang digabungkan oleh jembatan methi, gambar 7.3]. jembatan methin membuka jaringan yang terkonjugasikan diantara inti komponen pyrole, membentuk perluasan resonansi system. Walaupun hasil struktur menahan banyak karakter yang melekat dari komponen pyrole. System terkonjugasi yang lebih besar meningakatkan karakter aromatis menjadi molekul phorphine (falk 1964;smith 1965). Fungsi amine (-NH-)dalam system porphine memungkinkan logam seperti nikel dalam molekul yang melalui chelation(figure 7.4).
Sejumlah besar senyawa porphyrine yang berbeda berada di alam atau di sintesis. Kebanyakan dari senyawa inimempunyai pengganti selain hydrogen pada cincin karbon. Pengganti alami pada cincin porphyrin menentukan klasifikasi dari senyawa pophyrin khusus ke dalam berbagai tipe berdasarkan satu system umum pada tata nama(bonnet 1978). Phorpyrin juga dikenal menggunakan nama trivial atau akronim yang sering digunakan secara umum dari pada system tata nama normal.
Ketika satuatau dua ikatan porphyi\rin dihidrogenasi, klorin atau florin adalah hasilnya. Klorin adalah komponen dari klorofildan mempunyai sebuah cincin isosiklik yang terbentuk oleh dua kelompok metilen yang menyatukkan sebuah karbon pyrolic dengan sebuah karbon methin. Porphyrin hasil tambang yang mengandung bentuk structural diasumsikan adfalah turunan dari klorofil.
Etioporphyrins juga secara umum ditemukan di bahan tambang dan tak mempunyai pengganti (kecuali hydrogen) pada karbon methin. Benzoporphyrins dan tetrahidrobenzenepophyrins juga teridentifikasi dalambahan tambang. Senyawa ini juga mempunyai sebuah cincin benzene atau cincin benzene terhidrogenasi yang digabungkan menjadi unit pyrole.
Kebanyakan minyak mentah, heavy oils, dan bitumen mengandung sejumlah vanadil dan nikel yang dapat terdeteksi. Lebih jelasnya, minyak mentah yang lebih ringan biasanya hanya mengandung sejumlah kecil dari senyawa ini. Heavy oil mungkin mengandung sejumlah besar vanadil dan nikelporphyrins, konsentrasi vanadium lebih dari 1000ppm diketahui untuk beberapa minyak mentah dn sejumlah besar vanadium dalam minyak mentah yang berkaitan dengan porphyrins. Pada minyak mentah berkadar sulfur tinggi dari laut, porphyrin vanadil lebih melimpah daripada porphyrin nikel. Minyak mentah berkadar sufur rendah yang berasal lacustrin biasanya mengandung porphyrin nikel daripada pophyrin vanadil.
Semua logam dari table periodic, hanya vanadium dan nikel terbukti secara pasti ada sebagai chelates dalam jumlah yang signifikan pada beberapa minyak mentah telah diakui (franceskin 1986). Alasan geokimia untuk hilangnya sejumlah besar porphyrin chelates dengan logam selain nikel dan vanadium dalam kebanyakan minyak mentahdan tarsand bitumen telah dikembangkan (hodgson et al 1967)
Jika kandungan nikel dan vanadium dari minyak mentah diukur dan dibandingkan dengan konsentrasi phorpyrin, biasanya ditemukan bahwa tidak semua kandungan logam dapat dihitungsebagai phorpyrin 9dunning et al 1960;reynold 1998). Dalam beberapa minyak mentah sebanyak 10% w/w dari total logam tampak tergabung dengan porphyrin. Hanya jarang yang dapat menguku semua nikel dan vanadium dalam dalam minyak mentah digabungkan dengan ikatan yang bukan porphyrin. Logam yang digabugkan ini digantikan oleh logam oleh logam non porphyrin atau kompleks (crouch et al 1983)
Sebaliknya masalah logam non porphyrine dalam minyak mentah masih dipertanyakan (Goulon et al 1984). Tidak ada kemungkinan bahwa dalam system itu, yang mana asosiasi molekuler dianggap penting, pengukuran konsentrasi porphyrin tidak terpercaya dan ada halangan untuk penghilangan nilai actual. Walaupun untuk tujuan dari chapter ini, diartikan bahw nonpophyrin chelate ada dalam bahan bakar fosil, tapi jumlah relatifnya tidak diketahui.
Pada akhirnya selama fraksinasi petroleum (chapter 9), unsure pikok logam (metaloporphyrin dan logam non porpyrin chelates ) dikonsentrasikan dalam fraksi aspal. Minyak tanpa aspal (petrolenes dan maltenes) (chapter 1)mengandung konsentrasi pophyrin yang lebih kecil dari pada bahan induk dan biasanya konsentrasi logam nonporphyrin sangat kecil.

soal review RIAK

Soal A

1)kenapa mencari nilai konstanta kecepatan reaksi menggunakan percobaan batch dan model matematis menggunakan percobaan kontinyu?kalo di balik bisa ga?

2)Apa yang kalian ketahui tentang reactor?jelaskan mengenai reactor CSTR ,PFR dan fixed bedmulti tube? Apa kelebihan dan kekurangannya?serta contoh industry yang menggunakannya

3)Jelaskan tahapan perhitungan RIAK secara sistematis sesuai dengan variable kalian!

4)coba jelaskan bagaimana kalian menset waktu tinggal dalam reaktor supaya didapatkan konversi optimal!


Soal B

1p)ada pecobaan riak ada dua tahapan yaitu batch dan kontinyu?maksudnya tu untuk apa?

2)Jelaskan macam-macam system kerja reactor?apa kelebihan dan kekurangannya?apa dasar pemilihan dari sistem kerja tersebut?sebutkan contoh industri yang menggunakannya!

3)Jelaskan tahapan perhitungan RIAK secara sistematis sesuai dengan variable kalian!

4)faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai laju reaksi?jelaskan selengkap-lengkapnya



Soal A :utk praktikan cowok

soal B :utk praktikan cewek

Jawaban bersifat individual n dikumpulkan secepatnya..

soal 2 dan 4 harus diberi refferensi.....n di lampirkan...

aturan maen : wajib memberi koment pada blog ini....
so tiap praktikan harus membuka blog ini...

Labels

Label

Pengikut